Total Tayangan Halaman

Rabu, 13 Juli 2011

Sajak Pengakuan

Kutulis sajak ini di saat aku tak mampu berkata-kata akan kotoran kecap yang mengotori baju putihku.
Walah, bukan hanya kecap saja!
Ada juga yang lainnya seperti saus sambal.
Kecap dan saus sambal warnanya hitam dan merah. Aku tak punya baju lain selain baju putihku sendiri. Aku menyesal, sungguh menyesal, hanya karena noda makanan saja, aku bisa mengubah warna baju putihku menjadi merah dan hitam.
       Merah
            Hitam
                Merah
                     Hitam
                          Merah
                               Hitam   Hitam
                                      Merah
                                Hitam
                           Merah
                    Hitam
dan Merah! Ah, warna nodanya sungguh tidak menarik. Noda bukanlah warna sablon untuk kaos kesayanganku ini.
Makanan memang sumber energi tubuh. Tetapi energi itu penuh noda.
Nodanya menggelinjang ketika hendak disantap dan bergejolak mengitari perutku. Atau ketika noda itu dengan sengaja kutempelkan pada baju putihku! Aku bahkan tidak sadar!
        Hei, kau tukang masak!
                Sudah kubilang.....
                      Jangan ditambahkan Kecap! ataupun sambal!
                                      Mereka hanya akan mengotori baju putih kesayanganku ini....


Depok, 15 April 2011

Siapa Yang Lebih Berkontribusi? (Sajak Ruangan)

"Saudara-saudara, nanti tugas tentang Penyelamatan Lingkungan dikumpulkan lewat forum diskusi kelas di situs resmi kampus ya, jangan lupa, paling lambat 2 minggu setelah pengumuman ini!"
Dinamika kelas yang hidup dengan mahasiswa yang aktif. Kritis, cerdas, dan sangat membanggakan.
Materi perkuliahannya seputar penyelamatan lingkungan, dan penanaman paradigma akan cinta lingkungan hidup.
Dinamika mereka dibungkus oleh ruang kelas yang dingin oleh pendingin ruangan.
Tugas mereka pun diantarkan oleh jaringan maya yang membutuhkan tenaga listrik yang cukup besar.
Paradigma mereka pun masih seperti manusia lain, belum sadar akan perbuatan meskipun kritis pemikirannya.
Mereka mengerjakan tugas-tugas di saat malam hari dengan memaksa personal computernya beroperasi hingga larut malam.
Dan mereka pun lepas dari kampus....
Mereka bekerja pada lembaga yang besar dengan gedung yang megah.
Gedung-gedung kerja dilengkapi dengan pendingin ruangan yang membungkus seluruh ruangan kerja.
Tajuk?


"Mbak, tolong siapkan perahunya, nanti bapak yang jalan saja."
Seorang tua yang miskin dan tak mengenyam pendidikan tentang cinta lingkungan hendak berangkat ke sungai besar.
Tujuannya untuk mengambil sampah-sampah plastik.
Sampah-sampah itu diambil dan dikumpulkan untuk dijadikan bahan baku pembuatan tas belanja.
Bukan hanya itu, sampah-sampah itu diproses ulang untuk dijadikan tudung saji, corong botol, dan benda-benda plastik sedrhana lainnya.
Anaknya juga ikut untuk mengambil enceng gondok di sepanjang bantaran sungai.
Enceng gondok ini juga dijadikan serat-serat untuk membuat kerajinan tas.
Kedua pasang tangan yang cekatan untuk bekerja.
Aksi?

Seandainya Bumi adalah seorang Ibu, dia akan merangkul seorang tua ini dan anaknya.
Ketika itu, intelektual telah dikalahkan oleh kearifan lokal....


Depok, 14 Mei 2011

Nada Bambu

Bambu di Jawa Barat dirangkai...
Irama sawah dan sendu yang keluar ...
Bambu di Jawa Tengah dirangkai ...
Irama angin semilir dan ngestilaras yang keluar ...
Bambu di Jawa Timur dirangkai ...
Irama distorsi dan nada perulangan yang keluar ...
Bambu di Bali dirangkai ...
Irama cepat dan tergesa-gesa yang keluar ...
Bambu di Sumatera Utara dirangkai ...
Irama berjingkat yang keluar ...
Bambu di Sumatera Barat dirangkai ...
Irama angin dan pegunungan yang keluar ...
Bambu di Lombok dirangkai ...
Irama panas dan pasir yang ditiup angin pun keluar ...
Bambu di Toraja dirangkai ...
Irama mistis yang membekukan jiwa pun keluar ...
Bambu pun identitas
Bambu pun dinamika
Bambu pun berperasaan ...
Bambunya satu, tangannya banyak ...


Pameran Alat Musik Tradisional Seruling
Jakarta, 13 Juni 2011

Pada Suatu Malam

Ada satu malam yang sangat memilukan...
Pada sebuah gerbong kereta listrik kelas ekonomi ...
Saat itu Batara Yama bersemayam di dalamnya...
Di tengah-tengah pertukaran keringat para pekerja dan pegawai
Karena bersinggungan tak mendapatkan ruang yang cukup

Ada satu malam yang sangat menyedihkan ...
Pada sebuah gerbong kereta listrik kelas ekonomi ...
Saat itu Batara Yama bersemayam di dalamnya ...
Di tengah-tengah kegelapan gerbong ...
Karena jaringan penerangan yang rusak ...

Ada satu malam yang menggetarkan ...
Pada sebuah gerbong kereta listrik kelas ekonomi ...
Saat itu Batara Yama duduk di salah satu sudut gerbong ...
Di tengah penuh sesaknya penumpang ...
Dan ada satu lelaki tua yang naik dari salah satu stasiun
Para penumpang dengan wajah kecut memberikan ruang untuk lelaki ini
karena memang penuh sesak betul tempatnya...
anaknya yang kira-kira cukup kuat berdiri di tengah-tengah penuh sesaknya penumpang, selalu digotongnya ...
anaknya tampak terkulai, wah... inilah ayah yang penuh perjuangan...
yang mau menggotong seorang anak yang terus tertidur sejak awal dia naik kereta ini.
Dia mengharap satu tempat duduk untuknya,
karena ia menggendong anaknya yang tertidur dan terkulai dalam gendongan

Ada satu malam yang menakutkan
Pada sebuah gerbong kereta listrik kelas ekonomi
Satu orang merelakan tempat duduknya untuk lelaki tua itu
dan lelaki tua duduk dengan memangku anaknya yang sulung sambil menatapnya dengan tatapan pilu...
Tubuh anaknya terkulai lemas tak berdaya, dengan memakai pakaian biru muda yang polos
Dan beberapa orang pegawai terpaku menatap kedua insan ini...

Ada satu malam yang mengharukan
Pada sebuah gerbong kereta listrik kelas ekonomi
Adalah seorang pemuda yang kumal bentuknya, yang memberanikan diri untuk bertanya kepada lelaki tua ini
"Bapak, ini anaknya? sepanjang perjalanan selalu bapak pangku. Ada apa? dia sakit?"
Dan jawabnya kepada pemuda ini,
"Bukan lagi sakit, melainkan telah sempurna dalam hidupnya!"


Ada satu malam yang benar-benar menyentuh hati,
di tengah keacuhan kebanyakan para penumpang...
saat sang ayah turun dari kereta pada satu stasiun sebelum tujuan akhir...
Dan ia tetap menggendong anaknya yang lemah terkulai ...

Saat petanda jalan usai mengaum, lampu kereta menyala...
Gerbong itu tak lagi gelap...
Batara Yama telah pergi dari tempatnya dan kereta itu kembali berjalan...
Kereta ini bagaikan kereta surga yang mengubah kepiluan, menjadi terang dalam perjalanannya.


Penuh sesaknya kereta, paraunya suara orang menyambung hidup, dan gelapnya kereta telah kalah atas sebuah kemenangan dari sebuah perjuangan...
Perjuangan mengantarkan jiwa yang tenang di tengah keletihan para penumpang.


Jakarta, 16 Juni 2011
Puisi untuk Bapak Ruslan, pedagang tahu sumedang yang membawa jenasah anaknya dengan naik kereta karena tak mampu membayar jasa angkuta ambulans.

A-N-M.
KL-3 86113