Ada satu malam yang sangat memilukan...
Pada sebuah gerbong kereta listrik kelas ekonomi ...
Saat itu Batara Yama bersemayam di dalamnya...
Di tengah-tengah pertukaran keringat para pekerja dan pegawai
Karena bersinggungan tak mendapatkan ruang yang cukup
Ada satu malam yang sangat menyedihkan ...
Pada sebuah gerbong kereta listrik kelas ekonomi ...
Saat itu Batara Yama bersemayam di dalamnya ...
Di tengah-tengah kegelapan gerbong ...
Karena jaringan penerangan yang rusak ...
Ada satu malam yang menggetarkan ...
Pada sebuah gerbong kereta listrik kelas ekonomi ...
Saat itu Batara Yama duduk di salah satu sudut gerbong ...
Di tengah penuh sesaknya penumpang ...
Dan ada satu lelaki tua yang naik dari salah satu stasiun
Para penumpang dengan wajah kecut memberikan ruang untuk lelaki ini
karena memang penuh sesak betul tempatnya...
anaknya yang kira-kira cukup kuat berdiri di tengah-tengah penuh sesaknya penumpang, selalu digotongnya ...
anaknya tampak terkulai, wah... inilah ayah yang penuh perjuangan...
yang mau menggotong seorang anak yang terus tertidur sejak awal dia naik kereta ini.
Dia mengharap satu tempat duduk untuknya,
karena ia menggendong anaknya yang tertidur dan terkulai dalam gendongan
Ada satu malam yang menakutkan
Pada sebuah gerbong kereta listrik kelas ekonomi
Satu orang merelakan tempat duduknya untuk lelaki tua itu
dan lelaki tua duduk dengan memangku anaknya yang sulung sambil menatapnya dengan tatapan pilu...
Tubuh anaknya terkulai lemas tak berdaya, dengan memakai pakaian biru muda yang polos
Dan beberapa orang pegawai terpaku menatap kedua insan ini...
Ada satu malam yang mengharukan
Pada sebuah gerbong kereta listrik kelas ekonomi
Adalah seorang pemuda yang kumal bentuknya, yang memberanikan diri untuk bertanya kepada lelaki tua ini
"Bapak, ini anaknya? sepanjang perjalanan selalu bapak pangku. Ada apa? dia sakit?"
Dan jawabnya kepada pemuda ini,
"Bukan lagi sakit, melainkan telah sempurna dalam hidupnya!"
Ada satu malam yang benar-benar menyentuh hati,
di tengah keacuhan kebanyakan para penumpang...
saat sang ayah turun dari kereta pada satu stasiun sebelum tujuan akhir...
Dan ia tetap menggendong anaknya yang lemah terkulai ...
Saat petanda jalan usai mengaum, lampu kereta menyala...
Gerbong itu tak lagi gelap...
Batara Yama telah pergi dari tempatnya dan kereta itu kembali berjalan...
Kereta ini bagaikan kereta surga yang mengubah kepiluan, menjadi terang dalam perjalanannya.
Penuh sesaknya kereta, paraunya suara orang menyambung hidup, dan gelapnya kereta telah kalah atas sebuah kemenangan dari sebuah perjuangan...
Perjuangan mengantarkan jiwa yang tenang di tengah keletihan para penumpang.
Jakarta, 16 Juni 2011
Puisi untuk Bapak Ruslan, pedagang tahu sumedang yang membawa jenasah anaknya dengan naik kereta karena tak mampu membayar jasa angkuta ambulans.
A-N-M.
KL-3 86113
Pada sebuah gerbong kereta listrik kelas ekonomi ...
Saat itu Batara Yama bersemayam di dalamnya...
Di tengah-tengah pertukaran keringat para pekerja dan pegawai
Karena bersinggungan tak mendapatkan ruang yang cukup
Ada satu malam yang sangat menyedihkan ...
Pada sebuah gerbong kereta listrik kelas ekonomi ...
Saat itu Batara Yama bersemayam di dalamnya ...
Di tengah-tengah kegelapan gerbong ...
Karena jaringan penerangan yang rusak ...
Ada satu malam yang menggetarkan ...
Pada sebuah gerbong kereta listrik kelas ekonomi ...
Saat itu Batara Yama duduk di salah satu sudut gerbong ...
Di tengah penuh sesaknya penumpang ...
Dan ada satu lelaki tua yang naik dari salah satu stasiun
Para penumpang dengan wajah kecut memberikan ruang untuk lelaki ini
karena memang penuh sesak betul tempatnya...
anaknya yang kira-kira cukup kuat berdiri di tengah-tengah penuh sesaknya penumpang, selalu digotongnya ...
anaknya tampak terkulai, wah... inilah ayah yang penuh perjuangan...
yang mau menggotong seorang anak yang terus tertidur sejak awal dia naik kereta ini.
Dia mengharap satu tempat duduk untuknya,
karena ia menggendong anaknya yang tertidur dan terkulai dalam gendongan
Ada satu malam yang menakutkan
Pada sebuah gerbong kereta listrik kelas ekonomi
Satu orang merelakan tempat duduknya untuk lelaki tua itu
dan lelaki tua duduk dengan memangku anaknya yang sulung sambil menatapnya dengan tatapan pilu...
Tubuh anaknya terkulai lemas tak berdaya, dengan memakai pakaian biru muda yang polos
Dan beberapa orang pegawai terpaku menatap kedua insan ini...
Ada satu malam yang mengharukan
Pada sebuah gerbong kereta listrik kelas ekonomi
Adalah seorang pemuda yang kumal bentuknya, yang memberanikan diri untuk bertanya kepada lelaki tua ini
"Bapak, ini anaknya? sepanjang perjalanan selalu bapak pangku. Ada apa? dia sakit?"
Dan jawabnya kepada pemuda ini,
"Bukan lagi sakit, melainkan telah sempurna dalam hidupnya!"
Ada satu malam yang benar-benar menyentuh hati,
di tengah keacuhan kebanyakan para penumpang...
saat sang ayah turun dari kereta pada satu stasiun sebelum tujuan akhir...
Dan ia tetap menggendong anaknya yang lemah terkulai ...
Saat petanda jalan usai mengaum, lampu kereta menyala...
Gerbong itu tak lagi gelap...
Batara Yama telah pergi dari tempatnya dan kereta itu kembali berjalan...
Kereta ini bagaikan kereta surga yang mengubah kepiluan, menjadi terang dalam perjalanannya.
Penuh sesaknya kereta, paraunya suara orang menyambung hidup, dan gelapnya kereta telah kalah atas sebuah kemenangan dari sebuah perjuangan...
Perjuangan mengantarkan jiwa yang tenang di tengah keletihan para penumpang.
Jakarta, 16 Juni 2011
Puisi untuk Bapak Ruslan, pedagang tahu sumedang yang membawa jenasah anaknya dengan naik kereta karena tak mampu membayar jasa angkuta ambulans.
A-N-M.
KL-3 86113
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan beri komentar